Gunung
Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian 3.142 mdpl pada puncak
Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti
gunung dan "babu" yang berarti wanita.Gunung ini dikenal sebagai
gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Condrodimuko,
kawah Kombang, Kendang, Rebab, dankawah Sambernyowo. Gunung Merbabu dapat di
daki dari empat jalur yakni Thekelan, Cunthel, Wekas dan Selo. Transportasi
Jalur Selo Untuk menuju ke tiga posko pendakian Thekelan, Cunthel, dan Wekas
para penggiat alam bebas dari Jawa Barat atau Jawa Timur bisa menggunakan
transportasi darat kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang Jaya dari
stasiun Senen Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang. Jawa Timur naik kereta
api dari stasiun pasar turi menuju Poncol Semarang. Sesampainya di stasiun
poncol ini kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus
jurusan Solo-Semarang turun di terminal boyolali, dengan bus kecil arah selo
Sepanjang perjalanan naik bus kecil arah selo kita bisa bilang ke kernet bus
untuk turun di jalur pendakian gunung Merbabu Jalur selo Jalur Thekelan,
Cunthel, dan Wekas Untuk menuju ke tiga posko pendakian Thekelan, Cunthel, dan
Wekas para penggiat alam bebas dari Jawa Barat atau Jawa Timur bisa menggunakan
transportasi darat kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang Jaya dari
stasiun Senen Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang. Jawa Timur naik kereta
api dari stasiun pasar turi menuju Poncol Semarang. Sesampainya di stasiun
poncol ini kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus
jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga (pasar sapi),dengan bus kecil arah
magelang. Sepanjang perjalanan naik bus kecil arah magelang kita bisa bilang ke
kernet bus untuk turun salah satu dari tiga jalur jalur pendakian yang mau kita
tuju Thekelan, Cunthel, atau Wekas. Peta tiga jalur gunung Merbabu via Cunthel
Thekelan dan Wekas Peta Jalur Selo Pendakian Jalur Thekelan Perjalanan dari Pos
Tekelan yang berada ditengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati
kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan
yang sangat indah ke arah gunung Telomoyo dan Rawa Pening.Di Pos Pending kita
dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo).
Sebelum mencapai Pos I kita akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati
karena sangat terjal. Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini
pemandangan sangat indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III
jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki gunung
Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat
terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat
dimasuki 5 orang. Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena
sangat berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak
curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa
debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV
yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini,
disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah.
Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat mata air,
bedakan antara air minum dan air belerang.Perjalanan dilanjutkan dengan
melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi kiri dan kanannya.
Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di
persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan
menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang. Dari puncak
Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan
asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan
Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di
daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah
timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.Menuju Puncak Kenteng
Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter
lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat
kencang siap mendorong kita setiap saat. Pendakian Jalur Chuntel Untuk menuju
ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak
tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp
Desa Cuntel yang berada di tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat
dan mengisi persediaan air. Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang
kenangan berupa stiker maupun kaos. Setelah meninggalkan perkampungan,
perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai
menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan
setapakberupa tanah kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga
mengganggu mata dan pernafasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker
pelindung dan kacamata.Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit
yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Pos Bayangan I ini
tempat pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan melintasi
jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan
pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini
juga terdapat banguanan beratap untuk beristirahat. Dari Pos I hingga pos
Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang.
Sementara itu beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.Pos
Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896
mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat
batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang.
Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang
beterbangan. Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini
pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing dan
Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di belakang Gn. Telomoyo.Jalur selanjutnya berupa
turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini
sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di
puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di
depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat
kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum
dan air belerang. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat
terjal serta jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan
Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng
Songo) yang memanjang.Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi
dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah,
seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan
Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang
memanjang. Pendakian Jalur Wekas Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak
yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek
sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup
lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui
ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai
pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam. Pos I merupakan
sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar
area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk. Selepas pos I,
perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu
tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam. Pos
II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga
beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur Pos II ini
banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari
tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber
air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan
sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya. Jalur
ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran
sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang
membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu
pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak -
puncak Gn. Merbabu. Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan
persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng.
Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit. Suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar
biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih
seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah
yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata
air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang
disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita
akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem)
dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang
memanjang. Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat
tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah
menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran.
Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Pendakian Jalu Selo Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa
Tengah. Selo berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Pendaki yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil jalur
dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari Kopeng
dan turun di Selo. Sebelum melakukan Ppendakian sebaiknya lapor di Kantor
Polisi Selo, setelah mendaftar untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo
tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan aspal
sekitar 3 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan. Melintasi
perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di lereng-lereng terjal.
Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, atau bisa juga
naik ojek. Untuk pemanasan pendakian, berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang
lebih murah. Biasanya pendaki menginap di rumah warga setelah atau sebelum
mendaki gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar bisa
menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki bisa
memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, dan kopi. Stiker
kaos dan aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg berupa
rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah kamar mandi yang airnya
mengalir sangat kecil sehingga apabila ramai pendaki yang menginap, maka harus
mengantri lama untuk ke kamar mandi. Dari basecamp, pendakian diawali dengan
melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus
sehingga cukup rindang dan sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai
memasuki kawasan hutan. Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak
dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan
penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap
pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di
perempatan jalur. Dari perempatan jalur masih agak landai melintasi hutan akan
berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai
kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah berjalan sekitar
satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali meliuk mendaki bukit dan
sampailah kita di tikungan macan. Di Tikungan Macan ini kita bisa memandang ke
bawah ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat. Di tikungan Macan
ini pendaki yang turun bisa kesasar karena jalur yang sebenarnya berada disisi
samping bukan lurus ke bawah. Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka,
namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur mulai
menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal.
Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis. Batu
Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat sebuah batu
yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis bisa menjadi pengobat
lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh tinggi dan besar sehingga bisa
digunakan untuk berteduh. Pendaki yang turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini
terdapat juga jalur alternatif yang kelihatan sangat jelas namun sedikit
mendaki bukit. Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit dengan sisi
jurang di kira dan kanan, sebaiknya tidak melewati jalur ini, tetaplah
mengikuti jalur yang resmi. Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa padang
rumput yang sangat terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin
sekali sehingga perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke
atas. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus melewati
empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung Merbabu. Sekitar 1
jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal pendaki akan sampai di
puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi padang rumput. Pemandangan
sekitar di Padang Rumput ini sangat indah, seperti bukit-bukit Teletubies.
Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi pendaki akan sampai di Jemblongan
yakni sebuah tempat yang banyak di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran besar dan
rapat sehingga sehingga membentuk hutan yang rindang. Pendaki bisa beristirahat
sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya hutan Edelweiss. Di sini adalah
tempat terakhir yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat dengan
nyaman, karena jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering dan
sangat terjal, berdebu di musim kemarau dan sangat licin di musim hujan. Dari
Jemblongan kembali pendaki harus berjuang untuk mendaki bukit yang terjal,
licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan karena tertutup
bukit. Pemandangan alam cukup menghibur, di sisi kiri terdapat Gunung Kenong
dan di sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang runcing dan terjal. Setelah
berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu. Pemandangan yang
sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang mencengangkan, karena
kita memandang jalur medan terjal yang harus kita tempuh untuk menggapai puncak
gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan ke arah Gunung Merapi juga sangat
indah sekali. Bila kita berjalan dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di
sebelah kanan jalur akan kita temukan sebuah batu berlobang.Sekitar 30 menit
hingga 1 jam diperlukan perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput
yang terjal dan berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu.
Setibanya di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita
berjalan sekitar 10 menit ke arah Timur. Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu
berlobang yang dikeramatkan masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng /
lumpang / berlubang dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut
penglihatan paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang. Dari
puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn. Merapi dengan puncaknya yang
mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak
Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang
untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn. Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari
kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
- Beranda
- Tentang Kami
- Jalur Pendakian
- Gunung Abang
- Gunung Agung
- Gunung Argopuro
- Gunung Arjuno
- Gunung Batukaru
- Gunung Batur
- Gunung Burangrang
- Gunung Cikuray
- Gunung ciremai
- Gunung Dempo
- Gunung Gede Pangrango
- Gunung Guntur
- Gunung Lawu
- Gunung Leuser
- Gunung Kerinci
- Gunung Merapi
- Gunung Merbabu
- Gunung Papandayan
- Gunung Raung
- Gunung Rinjani
- Gunung Salak
- Gunung Semeru
- Gunung Selamet
- Gunung Sumbing
- Gunung Sindoro
- Gunung Tambora
- Jual beli alat Outdor
- Ilmu Pendakian
- Inspirasi
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar