Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang
secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.
Gunung ini memiliki beberapa puncak diantaranya Puncak Salak I (2.211 mdpl) dan
Puncak Salak II (2.180 mdpl). Kata salak berasal dari bahasa sangsekerta
“salaka” yang berarti perak. Letusan terakhir gunung ini terjadi pada tahun
1938 berupa erupsi freatik yang terjadi di kawah Cikuluwung Putri. Pendakian
Gunung Salak dapat melalui beberapa jalur pendakian. Puncak yang sering didaki
adalah Puncak I dan II. Puncak Salak I dapat didaki dari arah Cimelati dekat
Cicurug, Cidahu Sukabumi atau Kawah Ratu Gunung Bunder. Untuk mendaki gunung
ini sebaiknya dilakukan pada pertengahan musim kemarau. Pada musim kemarau
jalur pendakian tidak terlalu becek, angin tidak terlalu kencang, dan tidak ada
pacet atau lintah. Pendakian gunung salak ini bisa dilakukan lewat empat
alternatif rute pendakian yaitu: Rute Pendakian Gunung Salak * Jalur Cidahu
(Sukabumi) * Jalur Giri Jaya (Curug Pilung) * Jalur Kutajaya/Cimelati *Jalur
Pasir Reungit
Jalur Cidahu (Sukabumi)
Jalur Cidahu, Sukabumi salah satu jalur yang sering
dipakai oleh pendaki gunung adalah dari Wana Wisata Cangkuang, Kecamatan
Cidahu, kabupaten Sukabumi. Dari Jakarta menuju ke tempat ini dapat menggunakan
bus jurusan Sukabumi atau kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi kemudian turun
di Cicurug. Selanjutnya dari Cicurug sambung dengan mobil angkot jurusan
Cidahu. Dari tempat ini ada dua jalur pendakian, yakni jalur lama yang menuju
puncak I dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Wana Wisata Cangkuang sering
digunakan menjadi perkemahan dengan pemandangan air terjun yang indah dan
sering digunakan pendaki menuju ke Kawah Ratu. Dari jalur ini pula pendaki
dapat menuju ke Puncak Salak I. Di pintu masuk Wana Wisata ini terdapat tempat
yang nyaman untuk berkemah, juga terdapat banyak warung makanan. Dari jalur ini
dapat menuju Kawah Ratu, waktu yang diperlukan adalah sekitar 3-5 jam
perjalanan. Sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan sekitar
8 jam perjalanan. Dari perkemahan menuju shelter III memiliki jalur awal curam,
kemudian lembab dan basah. Pada musim hujan jalur ini merupakan jalur licin dan
curam, perjalanan tertolong oleh akar-akar pohon. Pada shelter ini terdapat sungai
yang jernih dan terdapat tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda dengan
pemandangan hutan tropis yang lebat. Menuju shelter IV, jalur semakin curam.
Jalur ini berupa tanah merah. Di beberapa tempat, kamu akan melewati beberapa
tempat becek sedalam dengkul kaki. Pada jalur ini juga pendaki akan melewati
dua buah sungai yang jernih airnya. Untuk pendakian jalur ini sebaiknya
mengambil air jernih di sini karena pada musim kemarau sungai ini menjadi sumber
air bersih terakhir. Shelter IV merupakan persimpangan jalan. Untuk menuju ke
Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak
ambil jalur ke kanan. Di shelter ini memiliki area yang cukup luas untuk
membangun tenda. Dari shelter IV menuju Kawah Ratu diperlukan waktu sekitar 1
jam. Kawah ratu terdiri dari 3 kawah, Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh
(kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu merupakan kawah aktif yang
secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang. Di tempat ini dilarang
mendirikan tenda dan dilarang minum air belerang. Menuju Puncak Gunung Salak
dari Shelter III menuju shelter IV akan membutuhkan waktu 1 jam. Perjalanannya
akan melintasi akar-akar pohon yang tertutup tanah lunak sehingga kaki bisa
terpelosok. Dari tempat ini akan terlihat Kawah Ratu dengan sangat jelas.
Setelah melewati sungai kecil dan tempat yang sangat luas, pendaki berbelok ke
kanan. Kemudian berjalan ke kiri mengikuti pagar kawat berduri. Jalur ini
sangat sempit, sedikit turunan, agak landai, juga curam. Pada sisi kiri dan kanan
jalan berupa jurang yang curam dan dalam. Pada jalur ini ditutupi rumput dan
pohon. Satu jam melintasi jalur ini pendaki akan melintasi akar-akar pohon dan
bebatuan. Jalur shelter V sedikit menurun kemudian kembali menajak tajam.
Pendaki akan memanjat tebing batu curam. Menuju shelter VI memerlukan waktu
sekitar 1 jam, jalur semakin curam dan sempit sehingga tidak ada waktu untuk
beristirahat. Pada shelter VII pendaki perlu waktu sekitar satu jam untuk
mendaki punggung gunung yang semakin menanjak. Pada jalur ini pendaki akan
banyak melintasi akar pohon sehingga bila angin bertiup pendaki akan ikut
bergoyang. Dari sini hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menuju puncak
Gunung Salak I, jalur ini sudah tidak terlalu curam. Sampailah pada puncak Gunung
Salak I, Puncak Gunung ini masih banyak ditumbuhi pohon-pohon besar. Tempatnya
sangat luas dan dapat digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Di puncak ini
terdapat beberapa makam kuno, diantaranya makam Embah Gunung Salak yang nama
aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah. Tidak jauh
dari makam Embah Gunung Salak, terdapat makam kuno yang lain, yakni makam Raden
Tubagus Yusup Maulana Bin Syekh Sarif Hidayatullah. Di puncak Gunung Salak I
ini juga terdapat sebuah pondok yang sering digunakan oleh para penjiarah untuk
menginap.
Jalur Giri Jaya (Curug Pilung)
Jalur Giri Jaya (Curug Pilung) terdapat di Wana Wisata
Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Menuju
Puncak Gunung Salak dari jalur ini dapat dilalui dengan waktu tempuh 5-8 jam
perjalanan. Untuk menuju desa Giri Jaya dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan Ojek dari Cicurug. Atau pendaki dapat berjalan kaki dengan waktu
tempuh sekitar 3,5 jam perjalanan. Dari pintu masuk Wana Wisata Curug Pilung
dengan berjalan kaki beberapa meter akan telihat Gapura pintu masuk Pasareyan
Eyang Santri. Dari sana pendaki dapat berjalan melalui rumah penduduk, kemudian
akan sampai kebun-kebun rumah penduduk. Setelah berjalan 15 menit pendaki akan
sampai di sebuah pertapaan Eyang Santri, disekitarnya terdapat MCK yang
terdapatair bersih di dalamnya. Pendaki harus mengambil air bersih dari sini
karena melalu jalur ini hingga mencapai puncak tidak terdapat mata air. Di
bawah pertapaan Eyang Santri terdapat air terjun yang indah, namanya air terjun
Curug Pilung. Daerah ini juga dapat digunakan untuk berkemah. Dari lokasi
pertapaan Eyang Santri pendaki akan melewati jalur yang agak landai, melewati
pohon pohon damar. Bila cuaca bagus dari sini dapat terlihat Gunung Gede dan
Gunung Pangrango dengan sangat jelas. Lereng-lerengnya banyak ditumbuhi pohon
besar dan lebat. Dalam waktu 1 jam perjalanan jalur masih agak landai dan
melewati jalan yang sempit dan licin. Sekitar 3-4 jam perjalanan pendaki akan
sampai pada sebuah makam Pangeran Santri. Di sekitar makam terdapat mushola dan
sebuah pondok. Dari makam ini jalur semakin curam, melawati akar dan tanah.
Dari tempat ini masih diperlukan waktu 2 jam perjalanan untuk menuju puncak. Di
beberapa tempat harus menaiki batu-batu besar yang licin yang disekitarnya
adalah jurang. Selain itu terdapat akar yang tertutup lumut, bila menginjak
tanah akan terjeblos ke celah-celah akar. Di daerah ini biasanya terdapat
monyet dan berbagai burung. Selanjutnya pendaki akan sampai di pertemuan jalur
yang berasal dari Cangkuang, tepatnya di shelter VII. Dari Shelter VII jalur
sudah mulai agak landai melewati akar-akar pohon. Sekitar 10 menit kemudian
kita akan sampai di puncak Gunung Salak I.
Jalur Kutajaya (Cimelati)
Jalur Kutajaya/ Cimelati adalah jalur pendakian ke
puncak Gunung Salak yang paling pendek dan paling cepat, namun di sepanjang
jalur pendaki akan sulit menemukan sumber air, sehingga air bersih harus
dipersiapkan sejak dari bawah. Untuk menuju Kutajaya dari Bogor pendaki naik
mobil ke jurusan Sukabumi turun di Cicurug atau Cimelati. Cicurug adalah kota
kecamatan yang masuk ke wilayah kabupaten Sukabumi, segala perlengkapan
pendakian harus dipersiapkan di sini. Dari pasar Cicurug yang juga merangkap
terminal kita dapat mencarter mobil ke Kutajaya atau naik ojeg. Kendaraan umum
hanya ada di pagi hari, itupun dalam jumlah sangat terbatas. Perjalanan dimulai
dari desa Kutajaya dengan menyusuri ladang dan kebun pertanian penduduk, karena
banyaknya percabangan maka perjalanan sebaiknya dilakukan siang hari, usahakan
untuk selalu mengikuti punggung gunung. Bila agak sulit menemukan jalur bisa
mengikuti arah ke air terjun. Terdapat tanda-tanda yang jelas pada setiap pos,
namun tanda-tanda penunjuk arah menuju puncak sangat jarang. Disepanjang jalur
ini tidak ada tempat yang cukup luas dan datar untuk membuka tenda. Di beberapa
pos terdapat tempat yang cukup untuk mendirikan 1-2 buah tenda ukuran kecil.
Jalur ini jarang dilewati pendaki sehingga kadangkala tertutup rumput dan
dedaunan. Setelah melintasi ladang pertanian penduduk, pendaki melintasi hutan
yang cukup lebat namun tidak terlalu lembab. Selanjutnya akan dijumpai
pertigaan dari Kutajaya, air terjun dan menuju puncak. Berjalan menuju ke arah
puncak sekitar beberapa ratus meter akan dijumpai Pos 3. Jalur ini terus
menanjak melintasi hutan-hutan yang cukup lebat. Di Pos 4 pendaki akan
menemukan percabangan lagi. Di sini terdapat pipa saluran air, jangan mengikuti
pipa saluran air, baik yang ke atas (kiri) maupun ke bawah (kanan). Setelah
melewati Pos 4 jalur kelihatan cukup jelas dan tidak banyak percabangan lagi.
Dengan berjalan menempuh sekitar 1 jam akan sampai di Pos 5. Jalur semakin
menanjak melintasi hutan lebat dan kadangkala pendaki harus melintasi akar-akar
pohon. Sepanjang jalur Kutajaya ini pemandangan monoton hanya berupa
hutan-hutan, namun pendaki kadangkala akan melihat satwa-satwa seperti aneka
jenis burung, juga suara-suara monyet, bahkan seringkali rombongan monyet
melintasi jalur ini. Untuk menuju Pos 6 diperlukan waktu sekitar 1 jam
perjalanan. Di Pos 6 terdapat tanah datar yang cukup untuk mendirikan 1 buah
tenda. Masih diperlukan lagi waktu sekitar 1 jam perjalanan untuk menuju puncak
Gunung Salak I. Penjalanan melewati jalur ini akan sampai tepat di samping
makam Mbah Gunung Salak atau puncak Gunung Salak 1 dengan ketinggian 2.211
mdpl.
Jalur Pasir Reungit Untuk menuju ke Pasir Reungit dari
stasiun Bogor naik mobil angkot jurusan Bubulak. Kemudian dari terminal Bubulak
disambung dengan mobil jurusan Leuwiliang, turun di simpang Cibatok. Dari
Cibatok disambung lagi dengan mobil angkutan pedesaan ke Gunung Picung atau
Bumi Perkemahan Gunung Bunder yang berakhir di Pasir Reungit. Untuk menuju
puncak gunung Salak I jalur ini merupakan jalur terpanjang karena harus memutar
dan melintasi Kawah Ratu. Jalur pendakian dari Pasir Rengit ini untuk menuju ke
Kawah Ratu memiliki medan menanjak dan berbatu melewati air terjun. Di rute ini
dapat dijumpai dua kawah berukuran kecil, yakni Kawah Monyet dan Kawah Anjing.
Pada musim hujan beberapa bagian medannya berubah menjadi saluran air alami. Di
sekitar Desa Pasir Reungit terdapat perkemahan dan tiga mata air yakni, Curug
Cigamea Satu, Curug Cigamea Dua, dan Curug Seribu, yang dapat disinggahi
sebelum ke Kawah Ratu. Curug Cigamea ini tingginya kurang lebih 50 meter. Tidak
jauh dari kampung Pasir Rengit, terdapat Curug Ngumpet. Tumpahan airnya cukup
lebar dengan ketinggian sekitar 20 meter. Sedangkan Curug Seribu memiliki
tinggi mencapai 200 meter, dan tumpahan curug cukup besar dan menyatu, sehingga
dari jarak jauh sudah terasa percikan airnya yang dingin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar