}

Jumat, 19 September 2014

Gunung Raung



Gunung Raung 3.332 (m dpl), berada dalam jajaran Pegunungan Ijen dan termasuk sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan tipe stratovolcano, mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran (circular), Kaldera Gunung Raung mempunya dimensi luasan sekitar 750 m x 2,250 m dan masih selalu mengeluarkan asap dan semburan api. Ada dua jalur yang bisa ditempuh dari Desa Ranu Pane menuju Mahameru. Tetapi kedua jalur tersebut akan bertemu di Ranu Kumbolo. Jalur Pendakian Gunung Raung via Kalibaru (Puncak Sejati). Jalur Pendakian Gunung Raung via Sumber Waringin (Puncak Bayangan). Peta Dua Jalur Pendakian Gunung Raung Jalur Pendakian Via kalibaru Jalur Pendakian Via Sumber Waringin Transportasi dan Perijinan Via Sumber Waringin Dari Bondowoso carilah angkutan menuju Wonosari dan turun di pertigaan Gardu Atta. Dari pertigaan ini kita lanjutkan dengan angkutan menuju ke desa Sumber Waringin. Dan dilanjutkan ke Pesanggrahan, yaitu pos perijinan atau basecamp pendakian ke gunung raung. Untuk ke pesanggrahan kita jalan kaki saja karena hanya berapa ratus meter saja dari tempat turunnya angkot ke desa Sumber Waringin. Perijinan Sesampai di basecamp, kita akan ketemu penjaganya, seorang ibu setengah baya, yang ramah dan baik hati. Urusan administrasi silahkan bahas sendiri dengan ibu ini. Kadang kita bisa bahas lususan perut dengan ibu ini juga, soalnya ibu ini kadang menawarkan jasa buat masakin kita, lumayan lah, daripada masak sendiri. Hemat energy bisa jadi alasan. Via Kalibaru dari Surabaya – Kalibaru bisa naik Bus 50 rb Kereta (Bisnis 70 rb / Ekonomi 24 rb) Perijinan Sebelum melakukan pendakian kita harus mengurus surat ijin kepada Kecamatan, kepolisian dan perhutani (berupa izin tertulis kalo kita melakukan pendakian, waktu dan peserta), setelah selesai mengurus perijinan kita bisa cari ojek menuju rumah Bp. Suto di dusun Wonorejo Rt 01/01 Desa Kalibaru Wetan – Banyuwangi. Menggunakan ojek motor dengan harga Rp 15.000/ojek, Nama Bp. Suto yang seorang purnawirawan AD ternyata sudah cukup familiar ditelinga para tukang ojek St. Kalibaru. Jalur Pendakian Via Kalibaru (Puncak Sejati) Gunung Raung jalur kalibaru merupakan jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, dimana diperlukan waktu pendakian normal selama 6 hari yang tentunay diperlukan juga fisik dan mental yang bagus serta peralatan khusus dan teknik pemanjatan untuk menggapai puncak sejatinya.Berikut ini adalah jalur pendakian dan pos yang akan dilewati untuk mencapai Puncak Sejatinya: Basecamp Rumah Pak Suto,– Pos1 Dimulai dari Basecamp/rumah Pak Suto akan berjalan sejauh 5600 m, melewati perkebunan penduduk yang mayoritas adalah perkebunan kopi, dan sekitar 2,5 jam kemudian akan tiba di Pos 1(ditandai dengan sebuah rumah bekas di tengah kebun kopi milik Pak Sunarya). Di sebelah kiri jalur Pos 1 ini ada jalur menuju sungai yang merupakan sumber air terakhir di jalur pendakian ini, disini diharapakan setiap pendaki untuk mengisi perbekalan air sebelum melanjtukan pendakian, dimana minimal setiap pendaki harus membawa 10 liter air. Apabila ingin mempersingkat waktu dan efektifitas tenaga maka untuk menuju Pos 1 dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan ojek dari basecamp dengan harga Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 15.000,-/Orang. Pos 1 ini terletak pada ketinggian 980mdpl. Pos 1 – Pos 2 Dari Pos 1 berjalan akan berjalan melewati batas perkebunan dan hutan, kemudian mulai memasuki hutan yang lebar namun lebat dengan pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan semak berduri, jalan yang dilalui belum banyak menanjak dan cenderung melipir menyisiri hutan.Diperlukan waktu normal selama kurang lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari Pos 1 menuju Pos 2 sejauh 4130 meter. Pos 2 ini merupakan tempat camp yang terluas selama jalur pendakian dan pendaki dapat bermalam disini. Pos 2 ini terletak pada ketinggian 1431 mdpl. Pos 2 – Pos 3 Dimulai dari Pos 2 inilah para pendaki akan mulai melalui track menanjak mengikuti punggungan dan tidak lagi melipir. Track yang dilalui cukup sempit dimana di sebelah kirinya adalah jurang. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai Pos 3, di pos 3 ini terletak persis di tengah jalur pendakian namun agak luas dan dapat mendirikan camp dengan 2 tenda.Camp 3 terletak pada ketinggian 1656mdpl. Pos3 – Pos 4 Lepas dari pos 3 pendakian dimulai dengan melalui jalan landai, kemudian akan melewati turunan sebelum berpindah punggungan dan melalui jalan menanjak yang cukup panjang. Setelah kurang lebih 2 jam akan tiba di Pos 4, sebuah tanah lapang yang sempit namun dapat digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian. Pos 4 terletak pada ketinggian 1855 mdpl. Pos 4 – Pos5 Pendakian pada rute ini masih tetap dalam satu punggungan namun track yang dilalui semakin terjal dan rapat dimana banyak terdapat pohon berduri(disarankan selama pendakian menggunakan pakaian lengan panjang), bila hujan jalur ini akan menjadi sangat licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui rute ini adalah selama lebih kurang 45 menit. Pos 5 ini tidak terlalu luas namun sedikit di bawah pos 5 juga terdapat tempat yang cukup luas untuk beristirahat dan biasanya di area pos 5 ini digunakan untuk tempat beristirahat makan siang sebelum melanjutkan pendakian. pos 5 terletak pada ketinggian 2115 mdpl. Pos 5 – Pos 6 Setelah beristirahat di pos 5 bersiaplah kita untuk melanjutkan pendakian yang semakin berat dimana jalurnya semakin terjal serta tipis dimana kanan-kiri jurang untuk itulah diharapkan berhati-hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu lama karena hanya sekitar 30 menit akan tiba di camp 6/Pos 3. Di pos 6 ini terdapat area camp yang berundak – undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat bermalam. pos 6 terletak pada ketinggian 2285 mdpl. Pos 6 – Pos 7 Pendakian pada rute ini semakin berat dimana akan semakin mendekati puncak Gunung Wates, yang tentunya tracknya semakin terjal, jalur pendakiannya pun semakin terbuka dan udara semakin dingin diiringi angin yang semakin kencang dank abut tipis yang mulai turun menutupi jalur pendakian.Setelah sekitar 45 menit kita akan tiba di pos 7, yang merupakan camp di area terbuka, sebuah dataran yang cukup luas dan terbuka, dapat mendirikan 3 tenda. Di pos 7 ini kita dapat menikmati pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat puncak gunung wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar punggungan serta lembahan, dari kejauhan juga mulai tampak puncak raung yang berbentuk bebatuan, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu-lampu di perkotaan yang tampak dari kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita nikmati di malam hari, di pos 7 ini pun mulai terdapat bunga edelweisss yang apabila mekar menjadi pemandangan indah bagi kita. Kondisi di pos 7 ini tanahnya rawan longsor dan juga udara dingin serta angin yang berhembus kencang dikarenakan areanya yang sangat terbuka, untuk itulah agar berhati-hati jika ingin bermalam di pos 7 ini. pos 7 terletak pada ketinggian 2541 mdpl. Pos 7 – Pos 8 Perjalanan dari pos 7 menuju pos 8 diawali dengan melewati punggungan terakhir menuju puncak gunung wates selama sekitar 45 menit, sementara itu jalurnya cukup terjal dan rapat oleh pohon berduri. Dari puncak gunung Wates pendakian dilajutkan dengan melipiri punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang yang sangat membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian. Setelah berjalan melipir kita akan mulai melalui track menanjak dimana mulai terdapat vegetasi khas puncak gunung. Total waktu menuju pos 8 ini adalah sekitar 2 jam perjalanan normal.pos 8 terletak pada ketinggian 2876 mdpl. Pos 8 – Pos 9 Inilah rute terakhir yang harus dilalui sebelum mencapai puncak gunung raung, pada rute ini jalurnya semakin terjal, mulai banyak bunga edelweiss, vegetasinya pun semakin jarang dan pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Setelah berjalan sekitar 1 jam barulah kita tiba di pos 9 yang merupakan camp terakhir yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, di pos 9 ini merupakan batas vegetasi sebelum melewati bebatuan untuk mencapai puncak raung. Pos 9 terletak pada ketinggian 3023 mdpl. Pos 9 – Puncak Raung Dari pos 9 yang merupakan batas vegetasi selanjutnya kita berjalan selam lebih kurang 10 menit dan akan tiba di puncak semu gunung raung 3154mdpl, tak jarang puncak ini juga dinamakan puncak kalibaru sebagai mana jalur pendakian ini. Di atas puncak gunung raung inilah kita kembali dapat menikmati keindahan negeri di atas awan, dimana dapat memandangi indahan awan yang serasa begitu dekat dan sejajar dengan kita, dari kejauhan tampak menjulang deretan punggungan gunung argopuro dan semeru, sementara pada arah sebaliknya dapat memandangi laut dan pulau Bali di seberang sana, selain itu di depan kita telah tampak jalur menuju puncak sejati yang sangat menantang, bebatuan dengan kanan kiri jurang dalam yang cukup memacu adrenalin kita sebelum menapakinya, dan yang tidak kalah juga adalah pemandangan puncak 17 yang berbentuk piramida yang seoleh mengundang kita untuk segera mencapai puncaknya. Puncak Raung – Puncak Sejati Gunung Raung Inilah rute pendakian terakhir dan juga terekstrim yang harus kita lalui untuk mencapai puncak sejati. Dimulai dari puncak raung kita berjalan turun melipiri bibir jurang lalu mengikuti sebuah jalan landai dan akan tiba di titik ekstrim yang pertama. Di titik ini kita harus melipir tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, untuk itulah di titik ekstrim pertama ini kita memasang jalur pemanjatan kurang lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah tertanam, dapat digunakan sebagai anchor utama. Setelah melewati titik ekstrim 1 kita terus bejalan menanjak menuju puncak 17/piramida,sampai pada titik ekstrim yang kedua yaitu 10 meter sebelum puncak 17. Disini kita kembali harus membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial climb selajutnya setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan teknik jumaring. Selanjutnya perndakian dilakukan dengan melipir dan menuruni bibir jurang yang tipis sekali, disini merupakan titik ekstrim ketiga yang juga harus dipasangi pengaman bisa dengan menggunakan tali kernmantel ataupun dengan membentangkan webbing sejauh kurang lebih 10 meter. Selepas dari titik ekstrim ketiga ini kita terus berjalan agak landai menelusuri jalan setapak yang sangat tipis sekali dengan kanan kiri jurang sedalam 50 meter. Akhirnya tibalah kita di titik ekstrim yang keempat/terakhir dimana kita harus memasang jalur untuk menuruni tebing 15 meter dan menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke bawah. Sesampainya di bawah kita masih harus melanjutkan perjalanan, agak berjalan menurun ke bawah kita tiba di sebuah tempat lapang dan teduh yang biasanya digunakan untuk tempat beristirahat sebelum melalui tantangan terakhir yaitu mencapai puncak tusuk gigi(bentuknya menyerupai tusuk gigi) dan puncak sejati. Dari tempat istirahat ini perjalanan kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang cukup terjal dimana jalur yang harus dilalui adalah batuan lepas dan berpasir yang apabila diinjak rawan sekali untuk longsor, untuk itulah diperlukan kehati-hatian dan menjaga jarak antar pendaki selama melewati track ini agar apabila longsor batuan lepas tersebut tidak membahayakan pendaki di bawahnya. Setelah mengakhiri tanjakan pada track bebatuan ini tibalah kita di puncak tusuk gigi yang tedapat banyak bebatuan besar,setelah itu dari puncak tusuk gigi kita melipir ke belakang dan kemudian berjalan agak menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat yang menjadi tujuan akhir dari pendakian ini, ya itulah PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3344 MDPL, ditandai dengan sebuah triangulasi dan plang puncak sejati serta pemandangan sebuah kawah besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya. Catatan: Pada saat melakukan pendakian disarankan para pendaki menggunakan pakaian safety (baju dan celana panjang, jika perlu dilengkapi geiters dikarenakan jalur yang dilalui banyak pohon berduri, dan pacet, serta hutan yang rapat). Setiap pendaki minimal membawa 10 liter air dikarenakan sumber air hanya terdapat di pos 1, dan untuk mengantisipasi kekurangan air di setiap camp disarankan membuat penampungan air/tendon(paling sederhana dengan membuatnya dari botol aqua besar yang dipotong terlebih dahulu). Pada saat menuju puncak sejati, tenda dan perlengkapan lainnya ditinggal di pos 4, dan hanya membawa daypack berisikan makanan, minuman dan perlengkapan pemanjatan(perlengkapan standar :tali kernmantel statis min 1 buah dengan panjang min 30 meter, webbing, carabiner screw dan non screw, jumar, figure of eight, prusik, harnest serta untuk mengantisipasi dapat pula membawa pasak besi untuk anchor tanam) Jalur Pendakian Via Sumber Waringin Pondok motor Inilah shelter pertama, biasanya ada beberapa menawarkan jasa ojek ke tempat ini. Lumayan, kita bisa hemat waktu. Karena dari basecamp ke pndok ini kalau jalan kaki kita membutuhkan energy dan waktu untuk menempuh kurang lebih 8 Km, dan biasanya di tembuh sekitar 4 jam. Dan ingat! Tidak ada sumber air di gunung raung kecuali di basecamp! Pondok sumur Shelter berikutnya, biasanya di gunakan untuk istirahat sejenak. Dari sekitar 6 jam perjalanan dari pondok motor. Disini tempatnya tidak begitu luas cuma cukup untuk 2 tenda saja. Pondok Tonyok Sekitar 2 jam perjalanan dari pondok sumur. Tempat ini lumayan luas, cukup untuk 4 tenda, tapi penulis mengabaikan tempat ini untuk tempat bermalam atau mendirikan tenda, karena alasan memperpendek jangkauan dari camp ke puncak. Pondok Demit Inilah tempat paling efisien untuk mendirikan camp. Ciri tempat ini adalah pohon kembar berdekatan, yang di bawahnya kita bisa mendirikan tenda, tapi cuma cukup 2 tenda saja. Dari sini biasanya dengan metode summit attack untuk pergi ke puncak. Jadi barang dan logistic kita tinggal di camp, dan melanjutkan perjalanan ke puncak. Hal ini di pilih oleh penulis karena sangat efisien, dan pendakian akan lebih ringan tanpa membawa beban. Biasanya summit attack di mulai jam 3 pagi, karena dari pondok demit ke puncak dibutuhkan waktu 2 jam, jadi kita masih bisa menikmati sunrise di puncak gunung raung. Pondok Mayit Saat kita summit attack, pasti melewati shelter ini. Ini merupakan tempat yang sangat lapang, tapi sayangnya tempatnya agak miring. Disini kita bisa mendirikan lebih dari delapan tenda. Pondok Angin Ini adalah satu-satunya shelter yang memiliki tempat tang benar-benar terbuka, disini kita merasa di ketinggian, karena pandangn yang luas dan tanpa terhalang oleh pohon-pohon yang lebat. In Memoriam Deden Hidayat Ini merupakan batar vegetasi di gunung raung, di tempat ini terdapat prasasti in memoriam deden hidayat, adalah seorang pendaki yang tewas di gunung raung. Dari sini perjalan ke puncak mempunyai medan yang terjal dan berbatu cadas sampai mengantarkan kita di bibir kawah. Puncak Raung Untuk menuju kepuncak di butuhkan nyali yang agak memadai, soalnya jalur ke puncak kita diwajibkan berjalan di bibir kawah yang membuat kaki kita kadang merinding. Untuk kesana silahkan ambil jalur ke kiri / ke timur dengan medan yang memang menanjak. Dan pilihlah jalur yang paling aman. Ingat! Keselamatan anda tidak bisa di beli di apotek manapun! Suggested camp Untuk pendakian jalur sumber waringin, Bondowoso, penulis menyarankan untuk menggunakan pondok demit atau atasnya untuk camp. Ini disarankan jika piknikers mendaki dengan satu kali bermalam saja. Puncak Puncak gunung raung adalah salah satu dataran tertinggi di bibir kawah. Yang sebenarnya puncak yang kita daki dari jalur ini adalah titik tertinggi kedua. Puncak tertinggi pertama tidak bisa di akses dari jalur ini. Jika ingin ke puncak tertingginya maka piknikers harus mendaki via jalur selatan yaitu jalur kalibaru di Banyuwangi.




Tidak ada komentar :

Posting Komentar