}

Rabu, 10 September 2014

Panduan Shalat Ketika Naik Gunung

Bagi seorang muslim, shalat adalah hal yang wajib dilakukan, di manapun berada dan dalam kondisi apapun. Orang yang meninggalkan sholat karena dilalaikan oleh urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya.
Ketika melakukan perjalanan seperti mendaki gunung, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Meski dengan berkembangnya teknologi transportasi, jarak tempuh perjalanan tidak selalu berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan, karena ada faktor lain yang sangat menentukan, yaitu alat transportasi yang dipergunakan serta kondisi di perjalanan.
shalat1
Untuk itu, Islam memberi solusi dengan memberikan aturan-aturan yang sangat mempermudah bagi para musafir atau traveller dalam hal ini pendaki gunung. Sholat yang dilaksanakan dalam perjalanan biasa disebut sholatus safar.
1. Shalat di Kendaraan
Ketika sedang berada di perjalanan, katakanlah menuju lokasi pendakian membutuhkan perjalanan sehari semalam. Otomatis selama perjalanan kita akan melewati beberapa kali waktu shalat. Nah, ada beberapa cara melakukan shalat dalam perjalanan ketika di dalam pesawat/kereta api/bus.
- Tayammum pengganti Wudhu
Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
Tata cara tayammum :
– Membaca basmalah (Bismillahirrahmannirrahim)
– Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda atau tempat yang berdebu bersih
– Kedua telapak tangan tersebut dihirup atau ditapukkan kemudian diusapkan ke muka
– Kedua telapak tangan, tangan kiri mengusap punggung telapak tangan kanan, dan sebaliknya tangan mengusap punggung telapak tangan kiri (ada pendapat sampai kedua sikut)
– Urutan dilakukan dengan tertib
shalat2
- Shalat menghadap arah duduk

Jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, bisa shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan.
Sebagian pendapat mengatakan, selain melaksanakan shalat ketika di kendaraan/pesawat untuk menghormati waktu shalat, setiba di tujuan wajib mengulangi (mengqadha) shalatnya.
2. Shalat di Gunung
Ketika dalam pendakian, beberapa kondisi akan terjadi pada diri kita. Misalnya udara dingin, mengejar waktu agar tidak kemalaman tiba di camp, dis-orientasi arah dan persediaan air yang terbatas. Untuk menghadapi hal-hal seperti ini, Islam pun memberikan solusi agar tetap bisa menjalankan shalat.
shalat4
- Dalam berwudhu, anggota badan yang wajib untuk dibasuh adalah wajah, kedua tangan hingga batas siku, mengusap sebagian kepala dan mencuci kaki hingga batas mata kaki. Masing-masing wajib dibasuh/diusap sekali saja. Kalau dua atau tiga kali sifat hanya sunnah. Namun bila kondisinya sangat dingin dan khawatir menyebabkan penyakit, maka boleh melakukan tayammum. Yaitu dengan menyapu wajah dan tangan dengan tanah/debu sebagai ganti dari wudhu.
Berwudhu juga bisa dilakukan ketika masih menggunakan sepatu.  Praktek seperti ini memang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dahulu. Dan menjadi bagian dalam tata aturan berwudhu` terutama bila dalam keadaan udara yang sangat dingin.
Caranya sama dengan wudhu` biasa kecuali hanya pada ketika hendak mencuci kaki, maka tidak perlu mencopot sepatu, tapi cukup membasuh bagian atas sepatu dari bagian depat terus ke belakang sebagai ganti dari cuci kaki. Sepatu tetap dalam keadaan dipakai dan tidak dilepas.
Namun perlu diingat, sepatu yang digunakan haruslah yang menutupi hingga mata kaki dan bukan terbuat dari bahan yang tipis tembus air. Juga tidak boleh ada bagian yang bolong/robek.
3. Shalat menghadap kiblat
Ketika hari masih terang, kita mudah menentukan arah kiblat. Namun akan menjadi kendala ketika malam hari atau ketika kondisi tertutup kabut tebal yang menutup cahaya matahari.
Ada beberapa cara menentukan arah kiblat :
– Cara termudah gunakan kompas/GPS
– Lihat kalau ada kuburan, biasanya kalau Islam kuburannya menghadap barat. Di beberapa gunung di Jawa, di puncak gunung terdapat kuburan. Namun terkadang di kawasan tertentu di Jawa, kuburan ada yang menghadap utara-selatan.
– Perhatikan tumbuhan lumut yang banyak terdapat di gunung. Lumut biasa hidup di daerah yang minim mendapatkan cahaya matahari, oleh karena itu kebanyakan lumut akan hidup di daerah yang menghadap ke arah barat.
– Rasi Bintang Orion (Bintang Waluku/Bajak/Belantik) untuk arah Barat.
Ini adalah rasi paling mudah dikenali. Ciri khasnya adalah tiga buah bintang yang terang, saling berdekatan dan dalam satu garis lurus. Tiga bintang itu disebut sabuk orion. Satu garis yang menghubungkan tiga bintang itu bisa dijadikan petunjuk arah kiblat.
shalat3
4. Shalat pakai sepatu trekking boleh?

Seorang yang shalat boleh dalam kondisi sedang mengenakan sepatu, maksudnya pakai sepatunya sebelum shalat, bukan saat sedang shalat. Jadi waktu sedang shalat, sepatunya dalam keadaan terpakai.
5. Shalat Jamak dan Qasar
Shalat fardhu boleh dijamak bila anda dalam keadaan safar/melakukan perjalanan. Mendaki gunung termasuk salah satu bentuk perjalanan yang bisa dijadikan dasar dari menjamak shalat. Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat zhuhur dengan shalat ashar, dan shalat maghrib dengan shalat isya.
Ada pula yang namanya mengqasar shalat. Cara melaksanakan shalat qasar dengan meringkas jumlah rakaat, misalnya shalat zhuhur, asar dan isya yang tadinya 4 rakaat di qasar/ diringkas menjadi 2 rakaat.
shalat-di-kapal
6. Buang Air Besar

Bagi sebagian pendaki, “setor” buang hajat terkadang menjadi kendala ketika naik gunung. Mungkin karena tidak terbiasa, jadi terpaksa mencari lokasi yang sekiranya nyaman untuk buang hajat. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana ceboknya dengan kondisi air yang terbatas.
Islam memberikan solusi membersihkan bukan dengan air tapi dengan benda-benda padat lainnya seperti batu, kayu dan lain-lainnya seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang lebih banyak menggunakan batu. Yaitu tiga buah batu yang berbeda yang digunakan untuk membersihkan bekas-bekas yang menempel saat buang air.
Pakai tissue basah boleh? Boleh saja, karena itu akan memudahkan dan bisa membersihkan juga.
7. Mimpi Basah
Jangan senyum-senyum dulu yah :) Namanya mimpi basah tidak kenal waktu dan tempat serta tidak bisa dicegah. Bisa saja ketika di gunung, rejeki itu datang tiba-tiba. Bagaimana mandi wajibnya?
Dalam kondisi di gunung dengan udara yang sangat dingin sehingga untuk menyentuh air pun akan ‘mati beku’, maka tayammum bisa menjadi solusi. Karena tayammum itu bukan hanya mengangkat hadats kecil saja tetapi juga sekaligus hadats besar. Jadi tidak perlu mandi basah digunung yang nantinya hanya akan membuat sakit.
Prinsipnya selagi manusia mempunyai kesempatan untuk melakukan shalat dan tidak menjadi darurat, selayaknya manusia tidak malu untuk segera melaksanakan shalat baik laki-laki maupun wanita. Karena malu di sini tidak boleh karena demikian itu berkaitan dengan shalat dan dapat dilaksanakan di mana saja, termasuk di gunung.
Sekali lagi, hal tersebut di atas tidak bermaksud selain untuk memudahkan dan tidak menyulitkan manusia untuk tetap shalat. Demikian pula, meski sering jalan-jalan dan naik gunung jangan lupa melaksakan sholat 5 waktu.
shalat6
“Barangsiapa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah terlepas darinya. ”
-HR. Ahmad-
Photo :
Dian Sahid
Windmill
Sucipto
Azhyz Maghfur
Copy : http://indonesia360derajat.wordpress.com/

Tidak ada komentar :

Posting Komentar